Remaja usia 14-18 tahun berada dalam fase perkembangan yang kompleks, di mana mereka mengalami perubahan fisik, emosional, dan sosial yang signifikan. Beberapa penyebab mengapa mereka cenderung melanggar aturan di panti asuhan antara lain:
Pencarian Identitas: Pada usia ini, remaja sedang mencari jati diri dan mencoba memahami siapa mereka. Mereka mungkin melanggar aturan sebagai cara untuk mengekspresikan diri atau menentang otoritas yang mereka anggap membatasi kebebasan mereka.
Pengaruh Teman Sebaya: Remaja sangat dipengaruhi oleh teman sebaya mereka. Jika teman-teman mereka melanggar aturan, mereka mungkin merasa tekanan untuk melakukan hal yang sama agar diterima dalam kelompok.
Kurangnya Pengawasan: Di panti asuhan, mungkin ada keterbatasan dalam hal pengawasan dan perhatian individual. Hal ini dapat membuat remaja merasa kurang diawasi dan lebih bebas untuk melanggar aturan.
Kebutuhan Akan Perhatian: Beberapa remaja mungkin melanggar aturan sebagai cara untuk mendapatkan perhatian dari pengasuh atau teman-teman mereka. Mereka mungkin merasa diabaikan atau kurang diperhatikan.
Perubahan Emosional: Remaja sering mengalami perubahan emosi yang drastis dan mungkin merasa frustrasi, marah, atau cemas. Pelanggaran aturan bisa menjadi cara mereka untuk mengekspresikan perasaan tersebut.
Kurangnya Pemahaman Akan Konsekuensi: Remaja mungkin belum sepenuhnya memahami konsekuensi dari tindakan mereka. Mereka mungkin melihat pelanggaran aturan sebagai sesuatu yang tidak berbahaya atau tidak serius.
Dengan memahami penyebab-penyebab ini, pengasuh di panti asuhan dapat lebih efektif dalam menangani dan mencegah pelanggaran aturan, serta memberikan dukungan yang diperlukan untuk membantu remaja melewati fase perkembangan ini dengan lebih baik.